63.
Fayre’s POV
Kemaren gue main hujan bareng Erloy, sekarang gue main hujan bareng sohibnya, Kairos.
Well, not really. Pas sama Erloy kita main-main beneran, kalo sama Kairos sekarang dia sambil ngomel-ngomel nyuruh gue cepetan masuk mobil. Jarak mobilnya sama McD lumayan jauh, tapi nggak jauh-jauh banget sih soalnya sekarang aja kita udah deket parkiran.
“Woi lama lu, Fay!” Sahut Kairos yang udah jauh di depan gue, mukanya kayak bete gitu, I think it’s funny.
Gue ketawa karena ekspresi Kairos yang lucu itu, dia beneran kayak bete, seru lihatnya.
Tapi Kairos cuma mendecak terus nyamperin gue, dia tarik tangan gue sambil lari ke arah mobilnya. “Nggak usah lama-lamain lu Fay, sepatu gue becek anjing.” Intonasinya kayak kesel, tapi nggak nyeremin sama sekali.
Sekarang kita udah masuk mobilnya, dia langsung copot sepatunya dan…ya…baunya langsung kecium.
“BAU BANGET ANJINGGG??” Gue ejek sambil nutup idung gue, menjauhkan diri dari Kairos yang barusan eye roll. “Makanya gue bilangin lu nggak usah lama-lamain bodoh.”
I laughed it off and sat comfortably on the passenger seat. Gue lagi sibuk nyari jepitan gue di tas sampe tiba-tiba gue ngerasa ada yang mendarat di kepala gue.
Kairos gave me his hoodie. He didn’t smile or anything, he just gave me his hoodie and adjusted his seatbelt. “Seragam kita warna putih, pake aja hoodienya. Nanti baju lo tembus.”
Déjà vu.
Gue menaikkan alis, “Such a sweet guy.” I teased. He picked the hoodie up and then threw it on my face. “Najis lo.”
Akhirnya, gue pake hoodie dia. It’s a bit smaller than Erloy’s, but it’s just as comfortable. The difference between his and Erloy’s hoodie was the thickness. Punya Erloy jauh lebih tebal dari pada punya Kairos.
“Hoodie lo tipis ya?” Gue tanya.
He glanced at me for a moment, “Yeah sorry about that, gue gampang kepanasan.”
“Oh, I don’t mind. Gue suka hoodie tipis.”
Kairos’ POV
After a few minutes we finally arrived at Erloy’s house. Rumahnya nggak terlalu jauh dari sekolah, tapi karena tadi mampir ke McD jadinya lebih lama.
“Stop.” Fayre tiba-tiba tahan gue yang tadinya mau keluar mobil. I turned to her, “Apaan?”
Without a warning, she wiped my face with a tissue. Gue yang kaget langsung menjauh, “Apaansih?”
“Lah, itu muka lo basah bego. Lap dulu, habis kena hujan kok kagak dilap.”
“Ya lo kan bisa kasih aja tissuenya ke gue.” I might’ve accidentally raised my voice a little high, but she doesn’t seem to notice. “Oh bener juga, sorry reflek.”
Gue nggak mau jawab, jadi gue langsung aja keluar dari mobil. We’re both in front of Erloy’s house now. Before I even get the chance to ring on the doorbell, Fayre knocked.
Mata kita bertemu, she was sticking her tongue out like she was mocking me. I rolled my eyes.
I don’t want to admit it, but…ah nggak jadi deh.
Anyway, I expected bang Revanzo buat buka pintu, but to my surprise, yang bukain malah Erloy.
Mata cowok itu langsung membulat, kaget pas liat Fayre di depan dia sambil megang McD. “Surprise!” The girl beamed, “Kita dateng buat jenguk lu, sekalian anterin buku-buku.”
I can tell Erloy’s both embarrassed and happy right now. Keliatan dari pipinya yang mulai merah dan matanya yang menyipit karena senyumnya lebar banget. “Kok nggak bilang sih?” Tanya dia.
Fayre tersenyum, selebar senyuman Erloy. “Namanya juga surprise.”
Gue mulai merasa terlupakan, mereka berdua bener-bener kayak lagi di dunia mereka sendiri.
“Ehem.”
The two turned to me and Erloy finally acknowledged my presence. “Eh lu juga ke sini?”
“Tsk, gue yang ngide ke sini goblok.” Decak gue.
He laughed, “Makasih ya.”
Udah. Gitu doang. Habis itu kita masuk ke dalem, Fayre asik ngobrol sama Erloy sedangkan gue duduk di sofa, liatin mereka berdua yang dari tadi ketawa-ketawa sendiri.
She’s still wearing my hoodie. She looks good in my hoodie.
Ya iyalah, orang hoodienya punya gue. Kalo Erloy yang make, palingan dia juga langsung jadi cakep. Iya nggak?
Iya bener, she looks good because of the hoodie. Bukan dia yang cakep. Tapi hoodie gue.
Betul.
Ini cuma gue yang risih karena nggak pernah deket sama cewek. Yeah, definitely. I have absolutely no feelings towards that girl. Gue juga cuma kesel dikit karena mereka berdua cuekin gue. I’m not asking for their attention but I don’t like how they act like I’m not here. Bener, gue cuma nggak suka dianggep nggak ada.
Iya.
Gue nggak suka sama Fayre. Sama sekali.