I’M SICK OF HEARING HIS NAME.
“Nama lu Kimia? Sumpah? Di kelas ujung ada anak yang namanya Geo. Tapi dia anak MIPA.”
Aku gak kenal siapa Geo yang mereka sebut itu. Tapi, aku sering banget denger nama dia di mana-mana, atau lebih tepatnya, mereka selalu membicaran orang itu di depanku.
“Geo katanya nyalonin diri jadi ketua MPK. Tapi, ada Syail, susah gak sih menang dari Syail?”
“Geo lagi di SG. Katanya, lagi olim matematika.”
“Tadi Geo habis marahin dekel, serem banget. Gue sampe ikut tegang.”
‘Kenapa aku harus tau soal itu?’
Aku belum pernah ketemu atau liat orang yang bernama Geo ini. At least, gak secara langsung. Kelas dia di ujung dan kelas aku di ujung, jadi gak heran kalau aku sama dia gak pernah berpapasan. Selain itu, aku gak pernah lihat Geo di kantin. Katanya, Geo selalu makan di kelas, kadang ditemenin sama Raihan, sahabatnya dari SMP.
(Jangan tanya aku tau dari mana, temen-temen aku sering ngomongin dia ke aku.)
Walaupun aku belum pernah ketemu Geo, setiap aku mendengar namanya, suasana hatiku jadi memburuk. Aku jadi jengkel.
Sampai akhirnya, waktu hasil voting ketua OSIS dan MPK keluar, aku melihat sosok Geo dengan jelas.
Badannya tegap dan ia memasang poker face yang terlihat menyebalkan di mataku. Entah aku saja atau orang lain juga melihatnya seperti itu, tapi waktu aku pertama lihat muka dia rasanya pengen aku tonjok.
Kadang aku merasa bersalah, karena aku gak tau apa-apa soal Geo (aside from the fact that dia orangnya pinter dan berprestasi) tapi aku benci sama dia dan langsung mengambil kesimpulan kalo orang ini menyebalkan. Setiap kali aku mau meredakan rasa tidak suka ini, pasti ada aja orang yang dateng terus ngomongin dia ke gue lagi, seolah-olah Geo ini orang yang akrab banget sama gue dan gue harus tau kesehariannya.
Why is everyone acting like we’re connected in some way? We don’t even know each other.
Aku gak suka.